Di Balik Dahsyatnya Shalat Tahajjud

Sedikit cerita tentang kedahsyatan dari bermesraan dengan Allah SWT hanya dengan melaksanakan qiyam lail (sholat malam) di sepertiga malam. Bayangkan saja, betapa dahsyatnya kasih sayang dan rahmat Allah SWT ketika kita bisa meluangkan waktu hanya sepertiga malam dari seluruh aktivitas harian yang kita jalankan. Ya…! Allah hanya butuh sedikit waktu dari kita. Allah meminta kita agar dapat bermesraan dengan-Nya, semata agar segala uneg-uneg dan beban hidup bisa kita curahkan dengan fokus kepada Sang Pemilik jiwa ini, sementara bila di siang hari semua insan dapat melakukannya sehingga “jalur komunikasi” itu menjadi penuh. Sesungguhnya Allah sangat menyenangi kepada ummat-Nya yang memohon dalam sholat malamnya (tahajjud) itu dengan meratap sendu bahkan tidak jarang dengan linangan air mata.

Saudaraku, dibawah ini saya ambilkan kisah seorang guru sebuah pesantren di Bogor yang begitu konsistennya tiap malam “nge-date” dan bermesraan dengan Allah. Semoga kisah ini dapat menjadi inspirasi buat kita semua.

Pak Hasbi, adalah seorang guru yang mengajar di sebuah pesantren di salah satu Kabupaten Bogor. Meski di usia yang relative masih muda, dia telah memiliki banyak pengalaman hidup, baik yang manis maupun pahit. Pengabdiannya yang besar pada sebuah lembaga pendidikan sebagai tanda syukurnya kepada yang Mahakuasa. Dia jadikan pengalaman hidupnya sebagai guru yang terbaik.

Anak-anak didiknya kerap memanggil akrab pak Hasbi. Dia sangat disenangi oleh siapa pun, bahkan rekan-rekan mengajarnya pun merasa senang dan terbantu dengan kehadirannya. Selain kecerdasannya dalam menguasai mata pelajaran, keramahannya juga menjadi cirri khas di antara guru lain.

Sejak beberapa tahun terakhir, rekan-rekan Pak Hasbi merasakan ada perbedaan dari sikap keseharian Pak Hasbi di lingkungan pesantren. Mulai dari cara berbicara, berpakaian, sampai beribadah. Perubahan yang menonjol adalah ibadah shalat sunnahnya.

Kebiasaan bangun malam menjadi cirri khas Pak Hasbi saat itu. Dia sudah kegandrungan shalat tahajud dalam beberapa tahun terakhir ini. Bangun pada pukul 03.00 dini hari hingga menjelang fajar adalah waktu dia memulai mengerjakan shalat tahajudnya. Mungkin pada sebagian orang, waktu ituadalah waktu yang sangat nikmat jika dipergunakan untuk tidur.

Shalat tahajud ini sepertinya “wajib” bagi Pak Hasbi dan terkadang isteri pun menemaninya dengan setia. Pasangan suami-isteri itu semakin akrab dengan shalat tahajud.

“Pak, mudah2an Allah memberikan taufik-Nya dan kita semakin istiqomah dengan cara seperti ini”, ungkap sang isteri kepada Pak Hasbi sambil sesekali mengelus perutnya yang kian membesar.

Sang isteri kerap mendengar suaminya menangis tersedu-sedu di tengah-tengah do’anya. Rasa haru diiringi do’a sering terdengar di telinga isterinya. Pak Hasbi mengungkapkan seluruh kelemahan dan keinginannya di hadapan Allah SWT. “Kenapa harus seperti itu sih Pak, ketika berdo’a ?” tanya sang isteri seusai shalat.

“Selain agar permohonan kita mudah dikabulkan, juga kalau dengan perasaan haru dan merinding, paling tidak akan jadi ciri do’a yang sungguh-sungguh, Bu, “jawab Pak Hasbi sekenanya.

Pak Hasbi melaksanakan ini semua benar-benar didasari dengan rasa ikhlas dalam beribadah kepada Allah SWT. Baginya, keikhlasan adalah awal dari segala bentuk perbuatan dan ibadah agar bisa di ridhoi oleh-Nya. Tidak hanya itu, dosa syirik kecil selalu dijauhinya, termasuk sikap dan sifat riya, yang termasuk dosa syirik kecil, karena khawatir rasa ikhlas dalam ibadahnya akan ternodai.

Sang isteri yang sedang hamil tua selalu menjadi penghibur dirinya. Dalam keadaan perut membesar, sang isteri tidak pernah menyurutkan semangat Pak Hasbi untuk menghentikan shalat tahajudnya, bahkan dia semakin meningkatkan keakrabannya kepada Allah SWT. Selain itu, harapan yang selalu dilantunkannya setiap malam adalah agar dapat memberikan sikap istiqomah juga diberikan kemudahan kelak ketika isterinya melahirkan.

Beberapa hari kemudian, benar juga dugaan Pak Hasbi kalau sebentar lagi isterinya akan segera melahirkan. Si isteri sudah mulai merasakan mulas dan mengelus-ngelus perutnya. Perutnya terus dipeganginya sambil memanggil-manggil sang suami. “Pak, Pak! Aku sudah gak tahan lagi mau melahirkan, nih !” ucap sang isteri sambil merintih menahan sakit. Pak Hasbi seketika langsung memegangi isterinya dan meminta tolong rekan-rekan gurunya untuk sesegera mungkin membawa isterinya ke bidan.

Dalam perjalanan ke bidan, Pak Hasbi selalu berdo’a bagi isterinya agar diberikan kekuatan dan kemudahan dalam melahirkan. Sesampainya di balai pengobatan, bidan langsung membawa isterinya ke ruangan persalinan. Sementara isterinya berjuang antara hidup dan mati maka Pak Hasbi pun menunggu dengan penuh rasa cemas, tidak berapa lama Pak Hasbi di panggil oleh bidan.

“Maaf, Pak. Sepertinya keadaan isteri Bapak harus dibawa ke rumah sakit yang lebih lengkap peralatannya”, ujar sang bidan menganjurkan. “Memang ada apa harus di bawa ke rumah sakit, Bu?” Tanya Pak Hasbi penasaran. “Isteri Bapak harus melahirkan dengan cara Caesar!” jawab si bidan.

Hampir tak percaya dengan ucapan yang baru saja didengarnya. Tiba-tiba,pikirannya segera dibuyarkan dengan tepukan di bahunya dari belakang oleh Pak Dindin rekan mengajarnya.

“Sudahlah, Pak Hasbi harus bersabar dan harus segera membawa isteri Bapak ke rumah sakit. Jangan sampai terlambat,” ujar Pak Dindin menasehati.

Tanpa pikir panjang lagi, Pak Hasbi dan Pak Dindin membawa Ibu Aminah (nama isteri Pak Hasbi) ke rumah sakit. Sambil menunggu di ruangan rumah sakit, tampak wajah Pak Hasbi penuh dengan pikiran yang membuat penampilannya bertambah lusuh. Perasaan cemas dan penuh harap semakin memenuhi pikirannya tatkala mendengar suara rintihan sang isteri dari kamar persalinan.

Tangisan seorang bayi telah membuyarkan pikiran Pak Hasbi dan membuat Pak Hasbi kegirangan. Saat itu hatinya dibuat gembira dengan suara tangisan sang bayi dan segera mengucapkan syukur kepada Allah SWT sambil sujud syukur. Namun, perasaan itu hanya sekilas menghampiri dalam hatinya. Kembali wajahnya mulai diselimuti kebingungan dan kecemasan. “Ada apa, Pak Hasbi?” Tanya Pak Dindin, “Bukannya anakmu telah lahir dengan selamat?” tambahnya lagi.

Tidak sepatah kata pun keluar dari mulut Pak Hasbi yang terdiam seribu bahasa. Rupanya, Pak Hasbi sedang dirundung masalah keuangan. Dia bingung dari mana mendapatkan yang banyak untuk membayar persalinan isterinya. Padahal, isterinya melahirkan dengan cara Caesar yang tidak sedikit biayanya.

“Aku bingung harus bayar dari mana biaya persalinan ini, Pak Dindin,” ucapnya mengadu. “Sudahlah, Allah Mahatahu. Yang terpenting isterimu dapat melahirkan dengan selamat,” jawabnya menghibur.

Tibia-tiba, obrolan mereka dipecahkan oleh kahadiran seseorang yang datang tanpa diketahui dari mana datangnya. Anehnya, orang tersebut siap menanggung biaya persalinan isteri Pak Hasbi. Pak Hasbi sendiri tidak pernah mengenal sebelumnya laki-laki misterius itu.

Sekali lagi, dengan mengucapkan hamdallah, Pak Hasbi semakin yakin akan pertolongan Allah SWT bagi orang-orang yang selalu memohon kepada-Nya. Cukup baginya dengan pengalaman itu, segala yang terjadi di dunia sudah pasti atas skenario Allah SWT. Manusia hanya di tuntut untuk berdo’a dan berusaha. Pak Hasbi dan isterinya sedang bergembira dengan kelahiran puterinya. Mereka sangat mensyukuri semua yang terjadi.
Category: 0 comments

0 comments:

Post a Comment


d

About this blog

1. KESEHATAN
2. MOTIVASI
3. KEHIDUPAN
4. ISLAM
5. PERSAHABATAN DAN CINTA

Powered by Blogger.

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Followers

About Me

free counters

Visitor


Free Calendar

Google Translate

Pages

About Me